STAF PENGAJAR DI MDT AL-MUWAFAQOH
DATA GURU MADRASAH DINIYAH KLIK LINK DIBAWAH INI UNTUK MENDOWLOADNYA
PERJUANGAN SEORANG GURU
Kehulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian
Sejak manusia dilahirkan sampai menjelang akhir hayatnya, hidup
manusia tidak pernah terlepas dari peran berguru dan menggurui orang
lain. Mustahil jika dalam hidup kita tidak pernah merasa berguru dan
menggurui, bahkan secara tidak sadar, alam semesta pun adalah guru yang
telah mengajarkan kita akan pernak pernik atau warna warni kehidupan. Sejak kecil, orang
tua kita sudah menjadi guru pertama dalam hidup kita, dan rumah sebagai
sekolah pertama. Kemudian kita masuk bersekolah di TKA bahkan sekarang dah beberapa tahun ini ada istilah PAUD dan menemukan guru baru disana
yang juga menjadi orang tua kita kedua.
Dalam
tulisan ini, penulis akan membahas tentang guru yang kedua, yaitu guru
disekolah. Berbicara masalah guru di sekolah atau di Madrasah katakanlah di Madrasah Diniyah Taklimiliyah, tidak pernah terlepas dari
berbagai isu dan permasalahan yang melanda guru di negeri ini, mulai
dari tertundanya
gaji guru yang tidak dibayarkan rutin perbulan, gaji guru honorer,
kesejehteraan guru, guru yang tidak layak mengajar, guru yang gaptek,
sampai guru “jadi-jadian”.
Saya
selaku seorang guru yang selalu teringat dengan kata-kata guru saya
ketika masih belajar di Pondok Pesantren, beliau berkata; “orang
sukses dalam defenisi kita adalah mereka yang mengajar sebait kata di
sebuah surau dibelakang sebuah bukit, meskipun kamu menjadi presiden
sekalipun, jangan pernah lupa untuk menjadi guru dan mengajarkan muridmu
meski satu kata”, hati saya pun bergetar mendengar kalimat
tersebut, betapa hebat dan mulianya menjadi seorang guru, dan dari
sinilah saya bercita-cita ingin menjadi seorang pendidik yang sangat
mulia ini. Dan bagi saya, menjadi seorang guru tidak mesti harus menjadi
PNS, mengajar di sekolah, dan punya kelas. Tetapi ketika kita mau
mengajarkan orang-orang yang membutuhkan ilmu dari kita, maka kita sudah
menjadi seorang guru.
Guru
memiliki andil yang sangat besar dalam membawa perubahan pada sebuah
bangsa, karena guru memang ujung tombak sebuah negeri, penggerak
perubahan bangsa. kemajuan dan kemunduran sebuah negara tidak pernah
terlepas dari peran para guru dalam pendidikan. apalagi guru Agama di Madrasah Diniyyah tentunya sangat berperan bagi anak bangsa supaya berakhlak mulia. Guru juga memiliki peran
yang sangat besar dalam mewujudkan keadilan pendidikan secara nasional.
Berbicara tentang keadilan pendidikan secara nasional, masalah yang
selalu muncul adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, salah
satunya adalah Ujian Nasional.
Pengambilan
kebijakan yang kadang terlihat sepihak dan tidak melibatkan guru
sebagai patner pemerintah dalam memutuskan sebuah keputusan. Sehingga
terkesan guru didikte oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakan
tersebut. Semua terjadi karena pemerintah tidak menjadikan guru sebagai
mitra mereka dalam membuat sebuah kebijakan. Seyogianya, bukan
pemerintahlah yang mendikte dan mengintervensi guru sampai guru seakan
seperti boneka, tetapi gurulah yang harus mampu mengintervensi kebijakan
pemerintah dengan ide-ide cemerlang dan kreatifnya.
Kerena
yang selama ini mengetahui apa yang harus diberikan di lapangan kepada
peserta didik adalah guru, bukanlah pemerintah yang hanya sekedar
membuat konsep , namun tidak mengetahui
jelas apa yang terjadi dilapangan. Pemerintah sebagai pengendali
kebijakan pendidikan, seyogianya juga memberikan kesempatan pada guru
dalam mengekspresikan pendapat. Dengan begini, secara tak langsung akan
mendorong peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Guru mesti ditempatkan sebagai mitra, bukan sebagai ancaman. Sebaik
apapun konsep pendidikan, kalau tidak melibatkan guru, maka konsep itu
tidak akan berhasil. Guru adalah ujung tombak keberhasilan pendidikan
kita. Karenanya, sebelum pemerintah mengeluarkan kebijakan yang terkait
dengan pendidikan, semestinya guru dilibatkan. Hal terpenting di sini
adalah komitmen pemerintah menempatkan guru sebagai profesi dalam arti
sesunggunya, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen
(UUGD). (sumber:http://www.zamzamizainuddin.com/2012/04/ham-hantui-guru.html)
Dalam
kasus ujian Nasional misalnya, kita melihat dan mengetahui bersama
tentang tugas seorang guru yang kadang berubah fungsi dari seorang
pendidik menjadi tenaga administrasi yang hanya melatih murid mampu
menjawab soal-soal Ujian Nasional. Bukan lagi mendidik siswanya, tetapi
berubah fungsi menjadi pemberi informasi saja.
Seyogiannya,
guru yang sebagai pendidik dan aktivis gerakan harus mampu memberikan
kritikan yang membangun terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang
tidak sesuai dengan dunia pendidikan kita sekarang. Sebagai orang yang
langsung terlibat di lapangan, harus mampu memberikan konsep yang
professional kepada pemerintah dalam membuat sebuah kebijakan.
Guru
harus mampu membuat sebuah "perlawanan" yang bertujuan kearah
terwujudnya pendidikan yang berkualitas dan demokrasi, pendidikan yang
bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat tanpa memandang kasta,
serta mewujudkan pendidikan yang adil tanpa diskriminatif. Guru jangan
hanya sekedar “kami mendengar dan kami melaksanakan” (sami’na wa ‘atha’na) dari setiap kebijakan yang kadang bertentangan dengan hati nuraninya.
Selaku
guru, mari kita galakkan sebuah "perlawanan" untuk membangun pendidikan
negeri ini. Tentunya perlawanan disini adalah perlawanan yang positif.
Yaitu melawan dari kegaptekan kita dalam dunia teknologi, kagagapan kita
dalam dunia menulis. Jika kedua hal ini bisa di kuasai oleh para guru.
Pasti, akan banyak melahirkan sejuta tulisan guru yang akan membangun
pendidikan, tulisan luar biasa yang akan meluluhkan hati para pembuat
kebijakan. Sehingga tidak perlu ada lagi perlawanan guru dengan
berdemonstrasi. Karena seratus tulisan guru dengan ide yang brilian akan
lebih hebat dari seribu guru berdomonstrasi di lapangan. Itulah
kekuatan sebuah tulisan.
Mari
kita ganti senjata mulut kita dengan pena, senjata paling ampuh adalah
qalam, guru harus mampu melakukan perlawanan perubahan dengan senjata
ini. Mari kita menulis dan menjadikan internet sebagai alat untuk
mencerahkan dunia pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar